OPPRESMENT ISN'T A FATE

Come on out and keep struggling for the oppressed people

Kamis, 29 November 2007

Refleksi Individu Proses Visioning

Aku teringat proses visioning lembaga ku beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 28-30 September 2007. Proses itu merefleksikan tidak saja gerakan sosial yang sudah dibangun oleh Masyarakat Adat Dayak di Kalimantan barat, tetapi sekaligus merefleksikan apa yang sudah aku sumbangkan dalam gerakan sosial. Menjadi bagian dari sebuah gerakan yang dikenal oleh banyak orang. Tidak mudah. Apalagi ternyata ini semua dimulai dengan dasar kesadaran (bisa jadi juga kemarahan terhadapa ketertindasan yang diciptakan kekuatan yang luar biasa) akan ketertindasan yang dialami oleh orang Dayak.

Pengalaman awal yang dialami oleh para pioneer gerakan ini tentu saja tidak sama dengan yang kualami ketika pertama kali bergabung dalam gerakan. Namun, setiap orang dengan pengalaman yang berbeda akan menyumbangkan banyak hal yang berbeda pula dan hendaknya semakin memperkaya esensi dari perjuangan ke arah tujuan yang sama. Di perjalanannya, aku terkadang bertanya, apakah betul tujuan itu sama?. Tidak ada yang bisa menjawabnya selain diriku sendiri. Dan, aku sampai pada beberapa kemungkinan (terlalu dini untuk menyimpulkan). Kemungkinan pertama, tujuannya sama tetapi berbeda individu dan kelompok, berbeda pula caranya. Kemungkinan kedua, tujuannya tidak sama karena setiap individu dan/atau kelompok memiliki dasar/alasan, cara, kepentingan dan harapan yang berbeda pula. Kemungkinan ketiga, tujuannya berbeda tetapi caranya mencapai tujuan berbeda karena kemampuan individu dana/atau kelompok merespon dinamika dan kompleksitas persoalan juga beragam dengan dasar awalnya juga beragam.

Terlepas dari kemungkinan di atas, aku ingin mengungkapkan kekagumanku dan keberuntunganku telah memperoleh ruang besar untuk memahami 'ke-DAyakanku' dan juga mempelajari banyak hal tentang perjuangan identitas. Entah kemanapun tujuannya, ada nilai-nilai pengikat yang menjadikan gerakan ini sangat istimewa. Idealnya, sebuah gerakan memiliki 'sesuatu' yang ingin diperjuangkan bersama-sama, cita-cita bersama.

Kembali ke visioning, ternyata dasar (yang dalam konteks ini disebut cita-cita awal) dari orang-orang seperti Sandra, Masiun, Kanyan, dan Pak Mecer tidak lah muluk-muluk, namun mereka memiliki kekuatan yang dalam hal ini aku sebut keyakinan akan sesuatu dalam memulai gerakan pemberdayaan Pancur Kasih secara umum, dan LBBT khususnya. Theori visioning menawarkan proses penkajian ulang terus menerus dari mimpi atau cita-cita, mencari kebanggaan yang diperkuat terus menerus. Jelas, esensinya bahwa apa yang dilakukan berangkat dari cita-cita besar yang menuntut integritas dan kebersamaan. Setiap orang memiliki cita-cita pribadi, namun dalam konteks gerakan ia juga harus bergabung memperkuat keyakinan akan sesuatu yang dicita-citakan bersama. Ibarat bangunan, tidak gampang membangun fondasi dengan material yang berbeda dengan kekuatan dan kelemahannya masing-masing.

Tidak ada komentar: