OPPRESMENT ISN'T A FATE

Come on out and keep struggling for the oppressed people

Selasa, 18 Desember 2007

Mother's Day

Mother’s Day merupakan salah satu budaya yang telah dikembangkan di Amerika dan Eropa untuk menghormati Ibu dengan segala jasa dan baktinya. Tradisi ini juga dikenal di Indonesia meski perayaannya tidak semeriah hari-hari bersejarah lainnya. Namun, di Indonesia, hari ibu merupakan tonggak sejarah pembebasan kaum perempuan, berawal dengan dilaksanakannya Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta pada tanggal 22-25 Desember 1928. Jika perayaan hari Ibu di Amerika dan Eropa diwarnai dengan mengirim kartu, bunga dan hadiah/souvenir untuk Ibu dan membebaskan kaum Ibu dan/atau perempuan dari aktifitas domestic, di Indonesia tidak begitu kental dengan aktifitas yang demikian. Namun secara historis ini merupakan catatan besar pembebasan kaum perempuan Indonesia dari ketertindasannya. Ditandai dengan lebih terorganisir dan terkonsolidasinya gerakan perempuan di Indonesia dalam wadah berbagai organisasi kala itu. Tanpa hendak menelusuri balik sejarah hari Ibu, tulisan ini hendak mengatakan bahwa Hari Ibu versi Amerika dan Eropa tidaklah sama dengan Hari Ibu versi Indonesia.
Meskipun secara ritual, kemeriahan perayaan Hari ibu di Indonesia kalah meriah dibandingkan dengan di Amerika dan Eropa, namun harus diakui bahwa tonggak sejarah gerakan perempuan sudah dimulai. Sayangnya, ini tidak disadari banyak orang terutama kaum perempuan sekarang karena keterbatasan pengetahuan tentang sejarah. Yang disampaikan di ataspun merupakan kontekstual masa perjuangan Negara Indonesia dari penindasan colonial (pra-kemerdekaan). Dalam konteks relasi dalam keluarga, Indonesia juga mengenal budaya menjunjung tinggi seorang Ibu bukan saja karena dia telah melahirkan generasi penerus tetapi karena perannya yang begitu besar dalam mengusahakan kesehatan yang baik bagi anaknya sejak dalam kandungan dan juga mendidik anaknya. Setiap saat, adalah hari-hari dimana setiap individu memuja Ibu, tidak saja pada tanggal 22 Desember. Dengan demikian, budaya memeriahkan hari ibu secara besar-besaran tidak lagi dianggap begitu penting dalam ritual khusus. Untuk tidak hendak mengatakannya tidak penting, minimal, sekarang orang mungkin bisa sekedar mengingat tanggal 22 Desember adalah hari dimulainya Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta yang artinya bagian dari sejarah gerakan perempuan di Indonesia. Artinya, tetaplah m enjadi sebuah pengetahuan yang besar, sehingga tuntutannya sekarang adalah bagaimana menempatkan perempuan/Ibu sebagai mitra sejajar dengan peran yang juga adil serta perlakuan yang adil pula akan memanusiakan kaum perempuan/Ibu tidak hanya sekedar sebagai kaum yang dihormati dan disanjung karena kecantikannya dan kemuliaannya menghadirkan ‘anak’ di muka bumi. Ini mutlak tentang hak kaum perempuan. Kata Ibu sendiri hendaknya tidak lagi terbatas pada sebuah ‘titel’ yang melekat pada seorang perempuan dewasa, seorang perempuan yang telah menikah, perempuan yang telah memiliki anak, seorang guru perempuan, ataupun sekedar sapaan halus tetapi lebih utuh dan kompleks.

Tidak ada komentar: